Tuesday, March 13, 2012

Ihsanul Amal (Amal yang baik)

Ihsanul Amal  (Amal yang baik)
Menghindarkan  Manusia dari  Kerugian


 

Saudara-saudara kaum muslimin muslimat rahimaku¬mullah!

Pada saat yang berbahagia ini patutlah kiranya bagi kita untuk benar-benar bersyukur dengan merendahkan diri kita kepada Allah swt., karena hanya dengan karunia  Nya kita masih diberi kesempatan berupa umur yang dapat kita gunakan untuk memperbaiki seluruh amal kita sehari¬hari.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang dengan perjuangannya dalam menyampaikan risalah yang dibawanya kita semua dapat tertunjuki jalan hidup kita, yaitu jalan kebenaran dan keridhaan-Nya, Islam.

Kaum muslimin muslimat rahimakumullahl

Marilah kita perbaiki segala amal perbuatan kita, yakni dengan cara mengihsankan (memperbaiki) seluruh  amal perbuatan kita. Amal yang baik (ahsan) hanya dapat diperoleh dengan cara mengikhlaskan setiap niat kita hanya semata-mata untuk Allah swt. dan menstandarkan seluruh amal perbuatan kita hanya sesuai dengan petunjuk yang ada di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Baik amal yang terkait hubungannya langsung dengan Allah swt., yaitu segala bentuk ibadah mandhah, amal yang terkait dengan hubungan kita dengan sesama kita, maupun amal yang terkait dengan lingkungan alam di sekitar kita.
Dengan ihsanul amal inilah kita bisa mendapat kesempatan emas untuk mendapatkan pahala yang tiada terbatas dari sisi Allah swt. Dengan ihsanul amal pula, maka surga yang luasnya seluas langit dan bumi dapat kita harap¬kan kehadirannya di tengah-tengah kita kelak. Sebagaimana firman Allah swt. dalam Surat al-Mulk ayat 2 disebutkan bahwa:
Supaya Dia menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih balk amalnya…
Jelas sekali bagaimana Allah swt. mewajibkan hamba-Nya untuk terikat dengan atturan-Nya ketika bertindak dan beraktivitas. Allah swt. tidak menyebutkan yang terbanyak amalnya, namun yang terbaik amalnya. Jadi tolok ukur amal perbuatan manusia bukanlah yang terbanyak. Maksudnya, Allah tidak menilai banyak sedikitnya aktivitas manusia, namun yang dinilai Allah swt. adalah perbuatan hamba-Nya yang ahsan (baik). Yaitu, perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas semata karena Allah swt. dan dilakukan sesuai dengan hukum syara’

Kaum muslimin muslimat rahimakumullah!

Amatlah benar jika dikatakan bahwa manusia itu benar-benar berada dalam keadaan yang merugi. Kecuali orang-orang yang beramal saleh. Beramal saleh maksudnya adalah beramal sesuai dengan petunjuk-Nya, yaitu petunjuk yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sun nah serta diikuti dengan rasa ikhlas hanya karena Allah swt. dalam melaksanakannya. Allah swt. telah menjelaskan betapa meruginya manusia yang beraktivitas tidak sesuai dengan ketentuan¬Nya, dalam Surat al-Ashr ayat 1-3:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian melainkan yang beriman, beramal saleh, nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan  nasehat-menasehati i supaya menetapi kesabaran.”
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. Sesungguhnya seluruh manusia itu benar-benar dalam keadaan yang merugi. Bagaimana tidak dikatakan merugi jika ternyata dalam waktu 24 jam selama satu hari penuh, kita tidak mendapatkan apa-apa. Kita hanya mendapatkan kelelahan dan keletihan saja. Bahkan kelelahannya justru membuahkan dosa. Itu jika masih hanya dilakukan dalam kurun waktu sehari semalam saja.
Lalu bagaimana jika ternyata kesia-siaan tersebut kita lakukan di sepanjang hidup? Di seluruh kesempatan yang telah diberikan Allah? Dalam setiap napas yang kita hembuskan? Atau dalam setiap detik usia yang telah Allah berikan? Jika demikian yang terjadi, lalu apa yang kita dapat dan kehidupan ini? Hanyalah fatamorgana yang tidak menghasilkan kehidupan yang layak dan baik di akhirat kelak.

Kaum muslimin muslimat rahimakumullah!

Hidup di dunia ini hanyalah sementara. Semua yang kita hadapi di dunia ini hanyalah ujian semata. Dunia hendaknya kita jadikan sebagai ladang untuk mengumpulkan pahala yang kelak akan kita panen hasilnya di akhirat. Dunia akan benar-benar menjadi ladang yang berpahala jika kita menanamnya dengan benar, yaitu melakukan segala aktivitas kita ini hanya sesuai dengan kualifikasi ihsanul areal yang telah ditetapkan oleh Allah swt. kepada manusia. Jika kita tidak mengahsankan seluruh amal perbuatan kita, maka sungguh dunia hanya akan menjadi tempat terkumpulnya dosa. Bukan tempat terkumpulnya pahala yang semestinya dari hari ke hari kian terkumpul banyak. Sekali lagi patutlah kita ingat bahwa tujuan dari diciptakannya manusia itu hanya dalam rangka untuk beribadah kepada Allah swt. semata. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah swt. dalam Surat adz-Dzariyat ayat 56:
“Dan Aku tidak menciptakan fin dun manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Maksud ayat di atas adalah bagi mereka menjadi hamba Allah swt. yang melaksanakan hukum-hukum-Nya, dan patuh pada apa yang ditetapkan Allah swt. kepada mereka. (Ibnilann, Al-Fast fi waal-ahwa wa an-Ntha1 3/10).

Kaum muslimin yang dirahmati Allah!

Segala bentuk perbuatan kita akan bernilai ahsan (baik) dan bernilai ibadah serta akan mendapatkan pahala jika kita laksanakan sesuai dengan hukum syara dan ikhlas semata-mata karena Allah swt. Baik perbuatan yang terkait dengan amalan shalat, puasa, zakat, haji, mendidik anak, berdagang, bercocok tanam, memasak, mencari ilmu, menyebarkan ilmu, makan, minum, tidur, berhajat dan segala aktivitas lainnya. Asalkan seluruh aktivitas tersebut distandarkan dengan hukum syara’ dan disertai dengan kerelaan hati dalam melaksanakannya maka seluruh bentuk kegiatan kita di sepanjang hidup kita akan berbuah pahala. Dengan pahala itulah kita akan merasakan nikmatnya surga. Sungguh, tiada kenikmatan lain yang lebih indah dan menarik, kecuali kenikmatan dan keindahan surga.
Namun ketika aktivitas manusia bertentangan dengan hukum syara’, maka kompensasi untuk mereka adalah dosa. Jika Allah telah menetapkan dosa baginya, maka tiada kata lain, kecuali nerakalah tempat kembalinya. Naudzubillah. .Sungguh seburuk-buruk tempat kembali neraka. Tiada siksaan yang lebih pedih dan keras di dunia ini kecuali siksaan neraka. Tiada penjaga yang lebih keras dan menakutkan kecuali penjaga pintu neraka.

Saudara saudariku kaum muslimin rahimakumullah!

Betapa banyak manusia yang tertipu dengan perbuatannya. Mereka mengira bahwa perbuatan dirinya telah baik. Mereka juga mengira bahwa seluruh amal ibadahnya pasti diterima di sisi Allah swt. Padahal perbuatannya sama sekali tidak sesuai dengan hukum syara’ Bahkan perbuatan itu dilakukan dengan riya’ dan ujub, tidak dilakukan dengan landasan iman dan keikhlasan yang sebenar-benar ikhlas. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu mengoreksi amalan perbuatan kita setiap saat, apakah amal tersebut telah benar-benar sesuai dengan hukum syara ‘ ataukah belum. Jika belum maka hendaklah semua aktivitas tersebut segera diluruskan sesuai dengan hukum syara’. Kita juga harus selalu introspeksi din terhadap kelurusan niat kita dalam menjalankannya. Apakah niat itu benanbenar kita tujukan hanya untuk Allah swt. Jika belum, maka bersegeralah untuk meluruskan Mat ini sehingga segala aktivitas kita benar-benar kita tujukan hanya untuk-Nya semata, yaitu untuk pemilik seluruh jagad rayaini. Sebagaimana hadis yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw. dan dinukil dari Samrah serta dikeluarkan oleh Imam Muslim:

“Betapa banyak tukang ibadah yang bodoh dan be¬tapa banyak orang berilmu yang jahat. Karena itu, berhati-hati¬la h kalian terhadap orang-orang bodoh dan kalangan tukang ahli ibadah, dan terhadap orang-orangjahat dari kalangan ulama. Sesungguhnya keburukan mereka terhadap agama lebih besar daripada keburukan syaitan”.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Sesungguhnya seluruh ketetapan tersebut hanya ditujukan untuk kebaikan dan kemaslahatan manusia itu sendiri. Bukan untuk kepentingan Allah swt. Justru ketika manusia meninggalkan aturan Allah swt., maka kebinasaan, kemadharatan, dan bencana yang akan mereka dapat. Sebagaimana komputer, jika komputer itu dijalankan tidak sesuai dengan aturan pabrik (sebagai pihak pembuat produk dan tata aturan pemakaiannya), maka bisa dijamin bahwa komputer tersebut tidak akan bertahan lama.
Begitu juga dengan amal perbuatan manusia. Jika mereka bertindak bukan di atas aturan Allah swt. maka perbuatan itu justru akan menimbulkan kemadharatan bagi manusia itu sendiri. Apalagi jika perbuatan itu ditujukan untuk mendapatkan semenanjung dan pujian dari orang lain, maka bisa dipastikan bahwa hubungan di antara manusia hanya akan terbentuk hubungan yang dilandaskan atas asa kemaslahatan yang semu. Dan di akhirat mereka tidak akan mendapatkan pahala. Hanya dengan berihsanul amal maka seluruh aktivitas kita akan membuahkan pahala.

Sumber :
Kumpulan Khotbah yang menggugah oleh Tsary Rafidah

0 comments:

Post a Comment

Minergate

 
Copyright © Ferdy Blog's
Blogger Theme by BloggerThemes Sponsored by Internet Entrepreneur